Gerhana matahari sebagian yang terlihat dari kawasan Candi Borobudur, Jawa Tengah 9 Maret 2016.
Selama ratusan tahun, fenomena yang dijumpai Halley dan sebenarnya kerap dirasakan penduduk dunia saat gerhana tersebut menjadi misteri. Beragam penelitian dilakukan tetapi belum satu pun yang menghasilkan kesimpulan kuat yang membantu mengurai misteri.
Hingga kemudian para ahli cuaca dari University of Reading di Inggris merancang penelitian pada 2015 lalu. Mereka merekrut 4.500 ilmuwan warga untuk mengukur cuaca kala Gerhana Matahari parsial tahun 2015. Data yang dihasilkan digabungkan dengan hasil pengukuran dari berbagai stasiun cuaca lalu dianalisis.
Riset mengungkap bahwa udara memang lebih dingin saat terjadi Gerhana Matahari. Hal itu disebabkan oleh perubahan pada lapisan atmosfer pembatas Bumi, lapisan atmosfer terendah yang merentang dari permukaan bumi hingga di area pembentukan awan kumulus.
"Ada banyak teori tentang angin gerhana yang diungkapkan selama bertahun-tahun, tetapi kami berpikir ini penjelasan yang paling mungkin sejauh ini," ungkap Giles Harrison, ahli meteorologi yang melakukan penelitian, seperti dikutip Science Alert, Rabu (24/8/2016).
"Begitu Matahari menghilang di balik Bulan, permukaan Bumi mendingin cepat, persis seperti saat senja. Ini berarti bahwa udara hangat berhenti bergerak dari permukaan, mengakibatkan penurunan kecepatan gerak angin serta mengubah arahnya," jelasnya.
Harrison dan rekannya menemukan, saat terjadi gerhana, suhu di Inggris secara rata-rata turun 1 derajat Celsius. Di beberapa wilayah, penurunan suhu mencapai 4 derajat Celsius. Sementara itu, kecepatan angin turun 7,4 derajat Celsius.
Hasil studi itu didukung oleh temuan lain dari ilmuwan University of Sheffield yang mengungkapkan bahwa pada paruh waktu pertama gerhana, suhu udara turun 0,83 +/- 0,63 derajat Celsius dan kecepatan angin turun 9 persen dari kecepatan awalnya.
Hasil penelitian dipublikasikan di Philosophical Transaction of the Royal Society A. hasil riset ini bisa kembali diuji lewat penelitian-penelitian lain saat gerhana. Bagi ilmuwan barat, Gerhana Matahari total yang akan terjadi di Amerika Serikat tahun 2017 mendatang akan menjadi kesempatan menarik.
Selain temuannya, riset ini juga menarik dari sisi proses. Penelitian melibatkan sukarelawan, diantaranya para astronom amatir. Halley sendiri yang pada awalnya mengungkap adanya fenomena angin matahari juga menggunakan data dari para amatir.
Penulis | : Yunanto Wiji Utomo | |||||
Editor | : Yunanto Wiji Utomo | sumber: Kompas.com |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar