Halaman Ini berisi tentang Informasi2 tentang Astronomi terkait kejadian alam yang berada di luar angkasa maupun kejadian di bumi. Sehingga membantu masyarakat mengetahui dengan jelas kapan terjadinya suatu peristiwa, sehingga dapat menikamti fenomena2 langka yang terjadi dilangit maupun di bumi.

Selasa, 28 Juni 2016

Fenomena Astronomis Juli 2016


2 = Konjungsi Bulan - Aldebaran bisa disaksikan mulai pukul 04.00 - 05.00 waktu setempat.

4 = Fase Bulan Baru / Ijtimak penentuan 1 Syawwal 1437 Hijriyah

4 = Satelit Juno memasuki orbit planet Jupiter.

9 = Konjungsi Bulan - Jupiter (pukul 18.00 - 21.30)
Konjungsi ini akan menjadi konjungsi terindah dibulan ini karena kedua objek ini akan sangat terlihat dekat sekali jika diamati dari Bumi. Penampakan Bulan pada fase sabitnya yang indah akan terlihat berdekatan dengan planet Jupiter dengan jarak sekitar 1' derajat saja dimana jika diibaratkan hanya sebatas ujung kelingking kita jika kita tunjuk kedua objek tersebut. Kedua objek cantik ini akan menjadi tontonan yang indah diarah barat langit selepas senja sore. Jika kalian mengamati dari Kutub Selatan akan terlihat Bulan mengokultasi Jupiter.

12 = Konjungsi Bulan - Spica bisa disaksikan mulai pukul 18.00 - 23.30 waktu setempat.

14 = Konjungsi Bulan - Mars bisa disaksikan mulai pukul 18.00 - 01.00 waktu setempat.

16 = Konjungsi Bulan - Saturnus bisa disaksikan mulai pukul 18.00 - 02.30 waktu setempat

28-29 = Puncak Hujan Meteor Delta-Aquarids
Rasi Aquarius yang kini berada di langit barat menjelang fajar kembali akan menjadi arah meluncurnya meteor-meteor terang. Kali ini meteor-meteor itu berasal dari hujan meteor Delta Aquarids yang berlangsung antara 8 Juli-19 Agustus 2016. Pada puncaknya Jum'at dini hari diperkirakan akan terlihat 20 meteor tiap jam. Bulan dengan fase sabit di arah timur menjelang fajar juga akan semakin menambah keindahan hujan meteor ini.

30 = Konjungsi Bulan - Aldebaran bisa disaksikan mulai pukul 03.30 - 05.00 waktu setempat.

Penampakan Planet-Planet Juli 2016:

- Mars, pukul 18.00 - 01.00 waktu setempat mag.semu (-0,95) 

- Jupiter, pukul 18.00 - 21.30 mag.semu waktu setempat (-1,4)

- Saturnus, pukul 18.00 - 02.30 mag.semu waktu setempat (0,45)




Selasa, 21 Juni 2016

Manfaat Peluncuran Satelit LAPAN-A3/LAPAN-IPB


Dunia antariksa nasional sedang sibuk-sibuknya. Selain Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang meluncurkan satelit BRIsat pekan lalu, ada Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) yang akan meluncurkan satelit LAPAN-A3/IPB.

Teknologi terbaru satelit LAPAN-A3/IPB akan meluncur Rabu (22/6/2016) di Sriharikota, India. “LAPAN-A3/IPB sudah terpasang di roket PLSV-C34 sejak sepekan lalu. Saat ini pihak India sedang memasang satelit utama (cartosat). Sejauh ini tidak ada kendala,” kata Peneliti Pusat Teknologi Satelit LAPAN, Robertus Heru Triharjanto, seperti dilansir Detik, Senin (20/6/2016).
Ada banyak hal yang harus disiapkan dalam peluncuran teknologi terbaru satelit. Dari pihak peluncur atau pemilik roket, harus menyiapkan roket dan memasang satelit di bagian atas roket.
Perlu pengecekan intensif untuk memastikan roket siap meluncur membawa satelit. Penundaan bisa terjadi sewaktu-waktu ketika muncul berbagai kondisi yang tidak memungkinkan satelit meluncur.
“Penundaan mungkin saja terjadi dalam peluncuran satelit. Alasannya bisa karena cuaca buruk, adanya masalah teknis di roket, atau masalah teknis di satelit yang akan diluncurkan,” terangnya.
Peluncuran teknologi terbaru LAPAN-A3/IPB sendiri mundur dari rencana semula hari ini menjadi 22 Juni 2016. Dikatakan Heru, penundaan dikarenakan pemasangan satelit yang akan diluncurkan ternyata membutuhkan waktu lebih lama dari perkiraan. Total, ada 20 satelit yang harus dipasang.
Teknologi terbaru satelit LAPAN-A3/IPB merupakan karya anak bangsa yang dibuat di Pusat Teknologi Satelit LAPAN, Rancabungur, Bogor, berbiaya Rp60 miliar dengan dana APBN.
Satelit ini akan diluncurkan bersama satelit lain milik India, Amerika Serikat, Kanada, dan Jerman. Pemilihan Sriharikota, India sebagai tempat peluncuran karena LAPAN sudah memiliki kerja sama dengan lembaga antariksa India ISRO.
“Sejak akhir tahun 1980-an LAPAN telah menjalin kerja sama dengan ISRO. Mereka mengoperasikan stasiun Bumi di pulau Biak. Peluncuran tiga satelit LAPAN sejak 2007 adalah bagian dari kerja sama tersebut,” kata Heru.
Ditambahkannya, satelit yang nantinya berfungsi untuk pemantauan tanaman pangan dan kondisi pesisir ini punya arti besar dalam upaya LAPAN mewujudkan mimpi kemandirian teknologi luar angkasa. “Teknologi terbaru satelit LAPAN-A3/IPB berarti Indonesia sudah bisa membuat satelit penginderaan jauh sendiri, kemandirian teknologi,” singkatnya.
Mei 2016 lalu, seusai bertemu Wakil Presiden, Jusuf Kalla, mengenai persiapan peluncuran satelit, Kepala LAPAN, Thomas Djamaluddin, menjelaskan A3/IPB akan mengorbit secara polar dengan jangkauan ketinggian sekitar 500 km. Satelit ini akan mengelilingi bumi sebanyak 14 kali dan melintasi Indonesia empat kali setiap harinya.
Apa Manfaat Peluncuran Satelit Ini?
“Ada empat fungsi yang dibawa satelit Lapan A3, yang pertama pemantauan lahan khususnya pertanian. Ini bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB). Nanti IPB akan mengekstrak informasi pertanian,” terangnya.
Misi kedua, satelit ini akan difungsikan untuk pemantauan kemaritiman terutama pemantauan kapal di wilayah Indonesia. Thomas menyebut, teknologi terbaru satelit A3 bisa mendeteksi 2,4 juta secara global.
Diharapkan hasil citra satelit ini bisa membantu kementerian terkait seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan terkait illegal fishing di perairan Indonesia.
“Misi ketiga adalah scientific. Ini untuk pengukuran medan magnet bumi dan misi keempat uji eksperimen peralatan yang dikembangkan oleh enginer LAPAN, yaitu sensor bintang untuk mengarahkan sikap dari satelit tersebut dan untuk pengendalian satelit. Jadi ini ada dua hasil rekayasa enginer LAPAN yang diujikan. Kalau berhasil, ini akan terus dikembangkan untuk generasi satelit berikutnya,” paparnya.
sumber:http://m.harianjogja.com/baca/2016/06/21/teknologi-terbaru-lapan-a3ipb-siap-mengorbit-730704

Senin, 20 Juni 2016

Kumpulan Foto Bulan Purnama Malam Ramadhan 20 Juni 2016

credit:
INFO ASTRONOMI

credit:
Fahmi Mokhammad

credit:
Chikondi Abimbola

credit:
Nieza Maylia

credit:
Nin Afriyanti

credit:
Yudhistira

credit:
Dwi Jayanti

credit:
Yosiemita Rasyanda

credit:
Fadli

credit:
Ncim










Sabtu, 18 Juni 2016

Manfaat Satelit BRI-SAT Bagi Indonesia


Jakarta -Tidak lama lagi PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) akan menjadi satu-satunya bank di dunia yang punya satelitnya sendiri. Dengan adanya satelit milik BRISat ini maka diharapkan akses perbankan masyarakat Indonesia bakal lebih baik.

Saat ini masih banyak masyarakat Indonesia yang belum mendapatkan fasilitas perbankan dengan mudah. Sehingga diharapkan segala kebutuhan perbankan masyarakat Indonesia dapat dilayani dengan baik dengan peningkatan sistem layanan digital.

"Sebenarnya satelit ini tujuannya adalah kita ingin melayani masyarakat Indonesia seluas-luasnya. Kita ingin melayani yang belum terlayani. Masyarakat yang belum terjangkau, kita akan layani ini," ujar Direktur Utama Bank BRI Asmawi Syam saat jumpa pers di Kantor Pusat Bank BRI Sudirman, Jakarta Pusat, Kamis (9/6/2016).

Asmawi menambahkan bahwa dengan adanya BRISat di era digitalisasi yang semakin maju, BRI dapat bersaing dengan meningkatkan pelayanan digital. Dengan adanya satelit ini juga jangkauan perbankan ke daerah-daerah terluar di Indonesia bisa semakin bertambah misalnya dengan adanya layanan digital.

"BRI bisa menjangkau daerah-bertambah terluar yang saat ini belum terlayani dan tersentuh perbankan. Kita ingin lakukan inklusi keuangan yang ditunjang harus dengan teknologi. Kedua kita ingin melayani masyarakat sama baik, sama akurat, dan sama cepat baik di kota-kota metropolitan maupuun di kabupaten atau di desa-desa," jelas Asmawi.

BRI juga tidak akan menjadikan BRISat sebagai layanan komersil. Dengan adanya BRISat diharapkan semua layanan perbankan bank pelat merah itu dapat meningkat.

"Jadi kita tidak mengkomersilkan dan satelit ini untuk mempermudah layanan kita," tutup Asmawi.
(ang/ang) 

sumber: 
http://finance.detik.com/read/2016/06/09/160025/3229370/5/ini-manfaat-satelit-bri-yang-siap-diluncurkan-pekan-depan

Minggu, 12 Juni 2016

Konjungsi Bulan - Jupiter 11 Juni 2016

credit: 
INFO ASTRONOMI

credit: 
Ardiaz Kun

credit:
Erhan Untoro

credit:
Aji Saputra

credit:
Rheez Yunde

credit:
M Mumtaz nurzaman

credit:
Firman Firdaus

credit:
Alan Adha

credit:
Erna Primasari

credit:
Yanuar Ramadhan




Minggu, 05 Juni 2016

Jadwal Gerhana Tahun 2017


Fenomena Gerhana merupakan fenomena astronomis yang paling banyak diminati oleh masyarakat seluruh dunia, karena keindahannya baik gerhana bulan/gerhana matahari. Bahkan banyak para pemburu gerhana matahari khususnya mengejar gerhana setiap tahunnya diberbagai belahan dunia yang dilintasinya agar tidak kelewatan untuk menyaksikan fenomena yang indah ini. Dinamisnya pergerakan objek langit membuat fenomena gerhana ini bisa dipredisiki jauh-jauh hari sebelum peristiwa itu terjadi. Berikut kami tampilkan jadwal gerhana baik Matahari/Bulan ditahun 2017, simak ulasannya :


  • 10-11 Februari 2017, Gerhana Bulan Panumbra
Gerhana Bulan Panumbra terjadi apabila Bulan melintasi bayang-bayang bumi bagian samar (Panumbra), gerhana jenis merupakan gerhana tak kasat mata karena sulit dibedakan dengan Bulan Purnama biasa. Disimpulkan gerhana bulan jenis ini kurang diminati oleh masyarakat karena sulit teramati secara kasat mata, namun perbedaannya yaitu Bulan Purnama akan sedikit lebih redup saja.

Pada tanggal 11 Februari 2017 akan terjadi gerhana bulan panumbra fenomena ini akan teramati jelas prosesnya dari awal-akhir dinegara-negara Amerika Latin, Eropa, Afrika, Timur Tengah, dan Asia Barat. Untuk negara-negara Amerika Utara akan menyaksikan diproses akhir gerhana bulan panumbra, sedangkan wilayah Asia Selatan, dan sebagian Asia Tenggara bisa menyaksikan hanya diproses fase awal gerhana bulan panumbra sebelum Bulan tenggelam diarah barat, di Indonesia tempat terbaik menyaksikan gerhana bulan berada diujung bagian barat seperti pulau Sumatera.

  • 26 Februari 2017, Gerhana Matahari Cincin


Gerhana Matahari Cincin terjadi dimana ketika Matahari - Bulan - Bumi berada pada garis lurus sejajar namun saat Cincin Bulan berada pada jarak terjauhnya dengan bumi (apogee), akibatnya bayangan gelap bulan/umbra tidak sampai ke bumi hanya bayang terusannya aja (antumbra). Sehingga cakram bulan tidak menutupi keseluruhan penampang matahari hanya sebagiannya aja akibatnya Matahari akan terlihat seperti cincin api.

Untuk Gerhana Matahari Cincin yang terjadi 26 Februari 2017 nanti akan melintasi 2 Benua Amerika & Afrika namun hanya di negara tertentu saja yang akan dilintasi garis cincinnya antara lain di negara Chile, Argentina, Angola, Zambia, dan DR Kongo sedangkan gerhana matahari sebagian bisa disaksikan dibeberapa negara-negara lain seperti di Amerika Latin,  Afrika Tengah & Selatan. Puncak Gerhana Matahari Cincin ini sangat singkat sekali dimana pada fase puncaknya hanya sekitar 44 detik saja. Gerhana Matahari ini tidak bisa disaksikan dari Indonesia.

  • 7-8 Agustus 2017, Gerhana Bulan Sebagian (25%)
Gerhana Bulan Sebagian terjadi dimana dalam orbitnya Bulan masuk kedalam sebagian bayang-bayang gelap bumi (Umbra), sehingga jika diamati dari Bumi sebagian dari permukaan Bulan akan nampak gelap tak terlihat bulat utuh seperti purnama biasanya.

Pada 7-8 Agustus nanti gerhana bulan sebagian akan terjadi dengan intensitas 25% , Bulan saat gerhana akan masuk kedalam bayang-bayang inti bumi (umbra) sampai 25% saja tidak total. Dimana saat puncak gerhana bulan sebagian nanti kita akan melihat permukaan Bulan akan tertutupi bayangan bumi sampai 25%. Gerhana Bulan Sebagian ini akan teramati dibeberapa belahan dunia antara lain Afrika, Timur Tengah, Asia Barat, Asia Selatan, Asia Timur, Australia, dan Asia Tenggara termasuk Indonesia.

Untuk Indonesia sendiri akan menyaksikan gerhana bulan sebagian pada tanggal 8 Agustus 2017 lepas tengah malam berikut waktu terjadinya:

Indonesia Barat
    • Kontak Awal   : 00.22 WIB
    • Puncak (25%) : 01.20 WIB
    • Kontak Akhir : 02.18 WIB
Indonesia Tengah
    • Kontak Awal   : 01.22 WITA
    • Puncak (25%) : 02.20 WITA
    • Kontak Akhir : 03.18 WITA
Indonesia Timur 
    • Kontak Awal   : 02.22 WIT
    • Puncak (25%) : 03.20 WIT
    • Kontak Akhir : 04.18 WIT
  • 21 Agustus 2017, Gerhana Matahari Total
Gerhana Matahari Total terjadi apabila Matahari- Bulan - Bumi berada pada garis lurus dan Bulan berada pada jarak terdekatnya dengan Bumi (Perigee). Sehingga bayang-bayang umbra dari bulan sampai ke bumi dan mengahalangi sinar cahaya matahari untuk beberapa menit saja.

Gerhana Matahari Total 21 Agutus 2017 sangat eklusif karena melintasi satu negara saja yakni Amerika Serikat (USA), dimana lintasan Total gerhana matahari ini akan memotong dibagian tengah negara adidaya ini bahkan gerhana total 2017 ini dijuluki "The Greatest Eclipse". Jalur totalitas gerhana matahari akan melintasi negara bagian Amerika Serikat antara lain di Oregon, Idaho, Wyoming, Nebraska, Kansas, Misoouri, Iowa, Illionis, Kentucky, Teenese, Atlanta, dan South Carolina sedangkan gerhana matahari sebagian bisa disaksikan disebagian besar USA, Kanada, Mexico, Panama, dan Amerika Latin Utara. Puncak gerhana matahari total ini akan mencapai waktu sampai 2 menit 40 detik saja. Gerhana Matahari ini tidak terlihat di indonesia

Kesimpulan:

- Tahun 2017 akan terjadi 4 gerhana antara lain 2 gerhana matahari, 2 gerhana bulan

- Indonesia hanya bisa menyaksikan 1 gerhana saja tahun 2017 yakni Gerhana Bulan Sebagian pada tanggal 8 Agustus 2017.

- Gerhana Bulan Panumbra merupakan gerhana tak kasat mata karena sulit dibedakan dengan bulan purnama biasa.

- Gerhana Matahari Total 21 Agustus 2017 dijuluki "The Greatest Eclipse" dikarenakan negara Amerika Serikat merupakan negara satu-satunya saja yang dilalui jalur totalitas.

sumber: eclipsewise.com


Rabu, 01 Juni 2016

9 Temuan Penting Lapan Saat Gerhana Matahari Total 9 Maret 2016


VIVA.co.id – Fenomena Gerhana Matahari Total (GMT) yang melewati sebagian wilayah Indonesia pada 9 Maret 2016 sudah menyita euforia masyarakat. Begitu fenomena tersebut berakhir, maka secara berangsur euforia masyarakat mulai surut. Di saat masyarakat mulai melupakan GMT, maka tidak demikian dengan peneliti. Para ilmuwan merangkum dan menganalisa hasil pengamatan mereka.
Lebih dari dua bulan setelah munculnya fenomena langka tersebut, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) merilis hasil penelitian dan pengamatan GMT. Lapan mencatat ada sembilan hal temuan terkait penelitian GMT tersebut.

Kepala Lapan, Thomas Djamaluddin mengatakan, hasil penelitian GMT oleh Lapan adalah salah satu riset yang dilakukan oleh peneliti di Indonesia. Menurutnya ada penelitian lain yang dilakukan tim di luar Lapan. Hasil dari berbagai peneliti dan institusi akan dipresentasikan dalam sebuah seminar internasional bertajuk International Symposium on Sun, Earth, and Life di Bandung.

"Hasilnya akan dipresentasikan di seminat di ITB pada 3-4 Juni 2016," ujar Thomas kepada
VIVA.co.id, Selasa 31 Mei 2016.

Berikut rangkuman hasil penelitian Lapan soal GMT 2016:

1. Perekaman video proses gerhana di Parigi, Sulawesi Tengah, menunjukkan ketepatan perhitungan kontak gerhana dengan proses sesungguhnya yang teramati.

2. Pengamatan kontinus setiap 1 menit (dan menjadi setiap 30 detik sekitar fase puncak gerhana) dari Lapan Bandung saat Gerhana Matahari sebagian dibandingkan dengan perhitungan data gerhana, yang menunjukkan kesesuaian.

3. Analisis pola korona GMT 2016 menunjukkan pola siklus matahari pra-minimum yang indeksnya dapat digunakan sebagai indikasi untuk memprakirakan siklus aktivitas matahari berikutnya.

4. Pola medan magnetik korona dari pengamatan di Ternate, Maluku, dibandingkan dengan model struktur korona yang menunjukkan pola yang sesuai. Dapat ditelusur pola medan magnet di korona dalam menyebabkan pola pita di korona luar.

5. Analisis spektroskopi GMT dari Maba, Maluku Utara terkendala cuaca. Namun proses penelitian memberikan pengalaman yang berharga dalam pengembangan metodenya,

6. Ketidakteraturan ionosfer diukur di Manado dekat jalur Gerhana Matahari Total. Perubahan radiasi matahari saat gerhana berdampak pada proses ionisasi di ionosfer.

7. Lapisan F2 ionsfer di atas Biak (dekat jalur GMT) menunjukkan penurunan kerapatan ionosfer saat gerhana.

8. Pengukuran variasi medan magnet bumi di Ternate (jalur GMT) menunjukkan adanya penurunan medan magnet bumi yang prosesnya dipengaruhi oleh penurunan arus listrik di lapisan E ionosfer.

9. Tutulemma yang merupakan pola angka 8 perubahan posisi matahari selama setahun, termasuk saat Gerhana Matahari, berhasil diperoleh dari Lapan Bandung. Polanya menunjukkan kekhasan Indonesia di daerah sekitar ekuator, sedikit berbeda dari pola yang diambil di negara-negara lain di lintang menengah atau tinggi.

© VIVA.co.id